1.
Perintah
Berdo’a
Allah
swt, memerintahkan agar manusia berdoa,
memohonkan segala hajatnya, baik urusan duani ataupun urusan akhirat. Manusia
yang tidak mau berdoa, ia termasuk orang yang takabbur/menyombongkan diri
kepada Allah, dan baginya disediakan neraka jahannam. Sebagaimana disebut dalam
Al-Qur’an.
اُدۡعُوۡ نِيۡ اَسۡتَجِبۡ لَكَمْ إِنَّ
اَّلذِيْنَ يَسْتَكْبِرُ وْنَ عَنْ عِبَا دَتِى سَيَدْ خُلوُ نَ جَ ھَنَّمَ
دَاخِرِ يْنَ.
UU’UUNII ASTAJIB LAKUM INNAL LADZINA YASTAKBIRUUNA ‘AN ‘IBADATII
SAYADKHULUUNA JAHANNAMA DAAKIRIINA.
Artinya:
“berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (Q.S. Al-Mukmin, 40:60)
2.
Allah
swt, senang jika senantiasa diminta
Allah adalah Maha Kaya, dan kekayaan-Nya tidak akan
habis-habisnya sekalipun terus menerus diminta. Jika manusia tidak bosan –
bosan meminta dan berdoa, Allah pasti memperkenankanya, bahkan Dia sangat
senang jika senantiasa diminta.
سَلُوۡااللَّهَ مِنۡ فَضۡلِهِ
فَاِنَّ اللّٰهَ مِنۡ فَضۡلِهِ فَاِنَّ اللّٰهَ يَحِبُّ اَنۡ يَسۡأَ لَ.
SALULLAHA MIN
FADHLIHI FAINNALLAHA YUHIBBU AN YAS-ALA
Artinya:
“Mintalah
kalian kepada Allah dari anugrah-Nya. Sesungguhnya Allah senang (jika)
senantiasa diminta”. (HR> Tarmidzi dan Abu Nu’aim).
3.
Allah
swt, benci terhadap orang yang tidak menyukai berdo’a.
Tidak berdoa bearti tidak mau melaksanakan perintah Allah, karena
seseorang telah merasa mampu dan kaya atas segala yang dimiliknya. Maka, Allah
murka kepadanya.
مَنۡ لَمۡ يَسۡىَٔلِ اللّٰهَ
يَلَيۡهِ.
MAN LAM YAS-ALILLAHA YAGHDHAB ‘ALAIHI.
Artinya:
“Siapa yang tidak berdoa kepada Allah, maka murka kepadanya” (HR.
Tarmidzi).
4.
Meyakini
dengan hati bahwa doanya akan diperkenanan
Bahwa segala
sangkaan manusia yang ditujukan kepada-Nya akan selalu di ingat oleh Allah swt.
Jika sangkaan manusia itu baik, dan yakin bahwa Allah itu Maha memperkenankan,
pasti segala permohonannya akan diperkenankan. Namun, jika sangkaan manusia itu
tidak baik, artinya ragu-ragu akan kemurahan Allahyang bakal memperkenankan
doanya, maka bagi Allah yang demikian itu adalah tergantung kepada sangkaan dalam
hati manusia itu sendiri.
اِنَّ اللّٰهَ عَزَّ
وَ جَلَّ يَقُو لُ: اَناَ عِنۡدَ ظَنِّ عَبۡدِ ى بِى وَاَنَا مَحَهُ اِذَادَعَا
نِي.
INNALLAH ‘AZZA
WAJALLA YAQULU: ANAA ‘INDA ZHANNI’ABDII BII WA-ANAA MA’AHU IDZAA DA’AANII.
Artinya:
“Sesungguhnya
Allah Azza Wajalla berfirman (dalam hadis Qudsyi): Aku akan mengikuti
sangkaan-sangkaan hamba-Ku. Dan selalu menyertainya apabila ia berdoa kepada-Ku”
(HR.Bukhari dan Muslim).
Jadi. Jelaslah bahwa
keyakinan dalam berdoa itu memerlukan konsentrasi, yaitu konsentrasi ketika ia
berdoa dan menghadap Allah yang bakal memperkenankannya: Jika dalam berdoa itu
dilakukan sambil melamun dan lalai, tentulah doanya tidak akan diperkenankan. Ini
merupakan bahan intropeksi bagi manusia, sehingga ia tidak perlu buruk-sangka
bahwa doanya tidak diperkenankan, kemungkinannya, ia hanya berdoa dengan
mulutnya saja, sedang hatinya lalai bahkan tidak mengerti apa yang ia ucapkan.
فَإِنۡ سَأَ لۡتُمُ
اللّٰهَ عَزَّوَجَلَّ يٰاأَيُّھَاالنَّا سُ فَا سۡىَٔلُوۡ ەُوَاَنۡتُمۡ مُوۡ قِنُوۡ
نَ بَالۡإِ جَا بَةِ فَإِنَّ اللّٰهَ لاَيَسۡتَجِيۡبُ لِعَبۡدٍ دَعَاهُ عَنۡ ظَهۡرِ
قَلۡبٍ غَا فِلٍ.
FAIN
SA-ALTUMULLAHA ‘AZZA WAJALLA YAA AYYUHAN-NAASU FAS-ALUUHU WA-ANTUM MUU QINUUNA
BIL-IJABATI FAINNALLAHA LAA-YASTAJIIBU LI’ABDIN DA’AHU ‘AN ZHAHRI QALBIN
GHAAFILIN.
Artinya:
“Maka jika
kalian memohon kepada Allah Azza Wajalla, wahai manusia, mohonlah langsung
kehadirat-Nya dengan sepenuh keyakinan bahwa dao kalian akan diperkenankan,
karena Allah tidak memperkenankan doa hamba-Nya yang keluar dari hati yang
lalai”.(HR.Ahmad).
1.
Berdoa
dengan rendah hati, suara lembut, rasa takut, dan penuh harapan
اُدۡعُوۡاَربَّكُمۡ تَفۡيَةًاِنَّهُ
لاَ يُحِبُّ الۡمُعۡتَدِ يۡنَ.
UD’UU RABBAKUM
TADHARRU’AN WAKHUFUYATAN INNAHU LAA-YUHIBBUL MU’TADIINA.
Artinya:
“Berdoalah
kalian kepada Tuhan dengan berendah hati dan suara lembut. Sesungguhnya Allah
tidak suka kepada orang-orang yang melampoi batas”. (Q.S. Al-A’raf, 7:55)
وَدۡ عُوۡهُ خَوۡ فًا
وَطَمَعًا إِنَّ رَحۡمَةَ اللّٰهِ قَرِيۡبٌ مِنَ الۡمُحۡسِنِيۡنَ.
WAD’UUHU
KHAUFAN WATHAMA’AN INNA RAHMATALLAHI QARIBUN MINAL-MUHSININA.
Artinya:
“Dan berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut dan sungguh-sungguh (berharap akan diterima). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.(Q.S. Al-A’raf,
7:56)
2.
Saat
ijabah dalam berdoa
Saat ijabah dalam berdoa antara lain:
a.
Tengah
atau akhir malam
يَنۡزِ لُ رَبُّنَا
كُلَّ لَيۡلَةٍاِلَى سَمَا ءِ ا لدُّ نۡيَا حِيۡنَ يَبۡقٰى سُلُثُ الَّليۡلِ الۡاٰ
خِرِ فَيَقُوۡ لُ مَنۡ يَدۡ عُوۡبِى فَاَ سۡتَجِيۡبُ لَهُ وَ مَنۡ يَسۡأَلُنِى
فَأُ عۡطِيَهُ وَمَنۡ يَسۡتَعۡفِرُ لَهُ.
YANZILU
RABBUNAA KULLA LAILATIN ILA SAMAID DUNNYAA HIINA YABQA TSULUTSUL LAILIL AAKHIRI
FAYAQUULU MAN YAD’UUNIL FASTAJILBU LAHU WAMAN YAS-ALUNII FAU’THIYAHU WAMAN
YASTAGHFIRUNII FA-AGHFIRU LAHU.
Artinya:
“Rasulullah
saw. Bersabda: pada setiap malam, Tuhan kita turun ke langit dunia, yaitu
ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Maka Allah berfirman: Barang siapa yang
berdoa kepada-Ku, pasti Ku-beri. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, pasti
akan Ku-ampuni”. (HR. Bukhari, Muslim, Tarmidzi, dan lainnya).
Dan dalam
hadist lainnya,
اِذَامَضٰى ثَطۡرُ اللَّيۡلِ
اَوۡثُلُثَا ەُ يَنۡزِ لُ اللّٰهُ تَبَا رَكَ وَتَعَا لىٰ إِلَى الَّمَاۤءِالدُّنۡيَا
فَيَقُوۡلُ هَلۡ مِنۡ سَا ىِٔلٍ فَيُعۡطٰى،هَلۡ مِنۡ دَاٍع فَيُسۡتَجَا بُ هَلۡ
مِنۡ مُسۡتَغۡفِرٍيَغۡفِرۡلَهُ حَتّٰى يَنۡفَرِجَ ا لصُّبۡحُ.
IDZAA MADHAA
SYATHURUL-LAILI AU TSULUTSAAHU YANZILULLAHU TABAARAKA WATA’AALAA ILAS-SAMAA-ID
DUNYA FAYAQUULU HAL MIN SAAILIN FAYU’THAA, HAL MIN IN FAYUSTAJAABU, HAL MIN MUSTAGHFIRIN
YAGHFIR LAHU HATTAA YANFARIJAS-SHUBHU.
Artinya:
“Jika telah
lewat sebagian malam atau dua pertiganya (maka tinggal yang sepertiga), akan
turun kelangit duania Allah Yang Maha Memberi dan Maha Tinggi, lalu berfirman; ‘
Tak ada seorangpun yang meminta, pasti ia akan Ku-beri. Tak ada seorangpun yang
berdoa, pasti ia akan Ku-kabukan. Tak ada seorangpun yang memohon ampun, pasti
ia akan Ku-ampuni’.(HR. Bukhari dan Muslim).
b.
Sesudah
shalat fardhu
قِيۡلَ يَارَسُوۡ لَ اللّٰهِ يُّ الدُّ عَاءِاَسۡمَعُ؟
قَالَ: جَوۡفَ اللَّيۡلِ وَدُبُرَالصَّلَوَاتِ اۡلمَكۡتُوۡبَاتِ.
QILLA YA RASULLAHI AYYUD-DU’AA-I ASMA’U ? QAALA: JAUFAL LAILI
WADUBURASH SHALAWAATIL MAKTUUBAATI
Artinya:
“Ditanyakan
orang (kepada Rassulullah): Ya Rasulullah, doa manakah yang sangat didengar
oleh Allah? Rasulullah saw. Menjawab: Yaitu doa di tengah malam dan setelah
shalat fardhu”(HR.Tarmidzi).
c.
Diwaktu
lapang dan tenang
Waktu berdoa bukan hanya disaat mendapat kesusahan, kesedihan dan
banyak hajat, karena hal yang demikian ini sudah menjadi kebiasaan . juga
disaat mendapat kelapangan, ketenangan dan penuh kesuakaan, itulah sebagai
ujian apakah manusai bersyukur karena kelapangannya itu, sehingga ia akan tetap
dekat dan banyak berdoa kepada Allah.
لَيۡسَتۡ شَيۡءٌ اَكۡرَمَ
عَلَى اللَّهِ عَزَّوَ جَلَّ مِنَ ا لدُّ عَاءِفِى الرَّخَاءِ.
LAISAT SYAIUN AKRAMA ‘ALALLAHI AZZA WAJALLA MINAD-DO’AA-I
FIR-RAKHAA-I
Artinya:
“Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah Azza Wajalla
dari pada doa ketika dalam keadaan lapang”.(HR.Hakim).
Dan dalam hadits lainnya;
مَنۡ سَرَّهُ أَنۡ يَسۡتَجِيۡبَ
اللّٰهُ عِنۡدَ الشَّدَ ائِدِ فَلۡيُكۡثِرمِنَ الدُّعَاءِفِى الرَّخَاءِ.
MAN SARRAHU AN-YASTAJIIBALLAHU ‘INDASY SYADA-IDI FALYUKTSIR
MINAD-DU’AA-I FIRRAKHAA-I.
Artinya:
“Barang
siapa yang mengiginkan doanya dipenuhi Allah ketika dalam keadaan kesulitan,
maka hendaklah ia memperbanyak doa diwaktu lapangnya. (HR.Tarmidzi dan Hakim).
d.
Diwaktu
sujud
Waktu sujud merupankan saat paling dekat antara seorang hamba
dengan Allah, pada saat itulah hendaknya memperbanyak doa, baik pada saat shalat
wajib, shalat sunnat, ataupun pada sujud – sujud lainnya seperdi sujud syukur
dan sujud tilawah.
اَقۡرَبُ مَايَكُوۡنُ
الۡعَبۡدُ مِنۡ رَبِّهِ وَهُوَسَا جِدٌ فَاَ كۡثِرُوۡاالدُّعَاءَ.
AQRABU MAA YAKUUNUL ‘ABDU MIN RABBIHI WAHUWA SAAJIDUN FA-AKTSIRUD
DU’AA-I
Artinya:
“Saat
seorang hamba sangat dekat kepada Tuhanya adalah ketika ia sedang sudjud. Maka banyak
– banyaklah berdoa pada saat itu.
Dan dalam hadits lainnya,
مَاوَضَعَ رَجُلٌ جَبۡهَتَهُ
لِلّٰهِ سَا جِدًافَقَالَ رَبِّ اغۡفِرۡلِى ثَلَا ثًا اِلاَّرَفَعَ رَأۡسَهُ وَقَدۡ
MAA WADHA’A RAJULUN JABHATAHU LILLAHI SAAJIDAN FAQAALA RABBIGHFIRLII
TSALATSAN ILLA RAFA’A WAQAD GHUFIRO LAHU
Artinya:
“Tidaklah
seseorang hamba menaruh keningnya bersujud kepada Allah, dan ia berkat:
Tuhanku, ampunilah dosaku – tiga kali - , kecuali pada saat ia mengangkat
kepalanya telah diampuni dosanya”.(HR. Ibnu Abi Syaibah).
Dan dalam
hadits lainnya,
فَأَعِنۡ عَلٰى نَفۡسِكَ
بِكَثۡرَةِالسُّجُوۡدِ.
FA-A’IN
‘ALA NAFSIKA BIKATSRATIS SJUUD
Artinya:
“Mintalah
tolong untuk dirimu dengan memperbanyak sujud”.(HR.Muslim).
7.
Setiap
berdoa hendaknya dimulai dengan hamdalah dam Shalawat atas Nabi saw.
كُلُّ دُعَاءٍ مَحۡخُوۡبٌ
حَتّٰى يُصَلِّى عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰ اٰلِمُحَمَّدٍ.
KULLU
DA’AA-IN MAHJUUBUN HATTAA YUSHALLII ‘ALA MUHAMMAD IN WA’ALA AALI MUHAMMADIN.
Artinya:
“setiap
doa terlhalang (untuk sampainya kepada Allah swt), sehingga dibacanya shalawat
atas Nabi dan keluarga Muhammad saw”. (HR. Tarmidzi)
No comments:
Post a Comment